Senin, 20 Mei 2013

Cerita Ahad pagi




Seorang ibu, mungkin umurnya masih sekitar 35-37 tahun, duduk tak jauh dari saya, tampak lelah menyenderkan tubuhnya ke tembok di selasar masjid ini.
Tangan kanan memencet tombol-tombol di hp kecilnya, tangan kiri tersampir di atas tas di samping kirinya.
Dan hingga sedetik sebelum kejadian itu, saya masih menganggap beliau sebagai pengunjung yang biasa melepas penat di masjid ini setelah berolahraga pagi.

Kemudian,
Tiba-tiba beliau menegur saya, menanyakan beberapa hal terkait alamat sebuah kampus yang ada di Bandung.
Saya jawablah dengan sekedarnya, karena memang saya tidak terlalu hapal dengan kampus-kampus yang ada di kota ini.

Ibu itu lalu bercerita, panjang lebar tanpa saya memintanya.
Tentang kehamilannya, tentang rumahnya di cimahi, tentang kakaknya di bandung yang sedang keluar kota, tentang keinginannya untuk pulang kembali ke cimahi, tentang ketiadaan uang untuk kembali..

That’s the point!

Maka pahamlah saya,
Tersebutlah nominal yang beliau perlukan, atau “seolah-olah” beliau perlukan untuk kembali pulang ke cimahi.

Ahh ibu,
Sungguh engkau tak pandai berbohong..

Dari awal cerita beliau saja saya sudah bisa menebak bahwa begitu banyak hal yang ganjil di sana..

Saya masih menatapnya, bingung harus berkata apa..
Mudah saja sebenarnya untuk menolak, mengatakan “maaf ibu, uang saya pas-pasan untuk transport..”, atau “maaf ibu, yang lain saja..”, atau kalimat-kalimat penolakan halus lainnya.
Pun sebenarnya bisa saja saya langsung menolak tegas sambil mengatakan point-point kebohongan beliau. Ah tapi, semua itu tampak begitu kasar dan tak sopan bagi saya. Bagaimanapun, beliau seorang ibu..

Maka, yah, begitu lah..
Singkat cerita beliau kemudian pamit sambil mengucap begitu banyak doa untuk saya, fasih sekali dengan ucapan jazzakillah khoiron katsiron nya..
Masya Allah, seperti tersayat hati ini mendengar doa-doa itu..
Sempat terngiang kembali sumpah beliau jika memang apa yang diucapkannya adalah dusta.

Ahh ibu..
Sebegitu kejamkah dunia ini padamu..
Hingga kau, dan mungkin ibu-ibu lainnya di jalanan sana yang menggadaikan nurani dan iman,
Hanya demi materi yang tak seberapa..

Dan yang membuat saya masih terpukul hingga saat ini adalah,
Saya belum mampu berbuat banyak untuk kalian, para ibu..
Bahkan dengan membiarkan diri “seolah-olah” percaya saja, saya merasa tak dapat memberikan apa yang sebenarnya kalian perlukan..


Bandung, 19 Mei 2013 ; 10.22 WIB

-PUSDAI BANDUNG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar