Seorang
ibu, mungkin umurnya masih sekitar 35-37 tahun, duduk tak jauh dari saya,
tampak lelah menyenderkan tubuhnya ke tembok di selasar masjid ini.
Tangan
kanan memencet tombol-tombol di hp kecilnya, tangan kiri tersampir di atas tas
di samping kirinya.
Dan
hingga sedetik sebelum kejadian itu, saya masih menganggap beliau sebagai
pengunjung yang biasa melepas penat di masjid ini setelah berolahraga pagi.
Kemudian,
Tiba-tiba
beliau menegur saya, menanyakan beberapa hal terkait alamat sebuah kampus yang
ada di Bandung.
Saya
jawablah dengan sekedarnya, karena memang saya tidak terlalu hapal dengan
kampus-kampus yang ada di kota ini.
Ibu
itu lalu bercerita, panjang lebar tanpa saya memintanya.
Tentang
kehamilannya, tentang rumahnya di cimahi, tentang kakaknya di bandung yang
sedang keluar kota, tentang keinginannya untuk pulang kembali ke cimahi,
tentang ketiadaan uang untuk kembali..
That’s the point!
Maka
pahamlah saya,
Tersebutlah
nominal yang beliau perlukan, atau “seolah-olah” beliau perlukan untuk kembali
pulang ke cimahi.
Ahh
ibu,
Sungguh
engkau tak pandai berbohong..
Dari awal
cerita beliau saja saya sudah bisa menebak bahwa begitu banyak hal yang ganjil
di sana..
Saya
masih menatapnya, bingung harus berkata apa..
Mudah
saja sebenarnya untuk menolak, mengatakan “maaf ibu, uang saya pas-pasan untuk
transport..”, atau “maaf ibu, yang lain saja..”, atau kalimat-kalimat penolakan
halus lainnya.
Pun
sebenarnya bisa saja saya langsung menolak tegas sambil mengatakan point-point
kebohongan beliau. Ah tapi, semua itu tampak begitu kasar dan tak sopan bagi
saya. Bagaimanapun, beliau seorang ibu..
Maka,
yah, begitu lah..
Singkat
cerita beliau kemudian pamit sambil mengucap begitu banyak doa untuk saya,
fasih sekali dengan ucapan jazzakillah
khoiron katsiron nya..
Masya
Allah, seperti tersayat hati ini mendengar doa-doa itu..
Sempat
terngiang kembali sumpah beliau jika memang apa yang diucapkannya adalah dusta.
Ahh
ibu..
Sebegitu
kejamkah dunia ini padamu..
Hingga
kau, dan mungkin ibu-ibu lainnya di jalanan sana yang menggadaikan nurani dan
iman,
Hanya
demi materi yang tak seberapa..
Dan
yang membuat saya masih terpukul hingga saat ini adalah,
Saya
belum mampu berbuat banyak untuk kalian, para ibu..
Bahkan
dengan membiarkan diri “seolah-olah” percaya saja, saya merasa tak dapat
memberikan apa yang sebenarnya kalian perlukan..
Bandung, 19 Mei 2013 ; 10.22 WIB
-PUSDAI BANDUNG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar