Minggu, 27 Mei 2012

Doa Abu Bakar ra.


Baru saja mendapat telpon dari kawan lama, tiba-tiba menyadarkan saya akan satu hal, yang selama ini jarang sekali terpikirkan.
Setiap manusia punya skenario kehidupannya masing-masing.. 

Teman saya itu, baru saja menjadi PNS di sebuah rumah sakit di Balikpapan. Dia bidan, setiap hari dia bertemu dengan berbagai macam manusia dengan kasus relatif sama, tentang kehamilan.
Sejak kecil ia hidup di Balikpapan, dari mulai lahir hingga kini. Hidupnya sungguh untuk mengabdi di kota itu. Cita-citanya, ingin sekali keluar dari Balikpapan, sesaat saja merasakan kehidupan di kota yang berbeda. Ia juga ingin melanjutkan sekolah ke Surabaya. Semoga Allah suatu saat mengabulkan harapannya, di waktu yang tepat, kesempatan yang paling tepat.

Ia bosan, dengan rutinitas pekerjaannya saat ini di rumah sakit. Terlebih lagi amanah organisasi tidak ada, dan amanah sebagai murrobi pun sudah tidak lagi ia miliki. Jadwal kerja membuat semua itu terasa mustahil untuk dilakukan di sela-sela kesibukan. Tapi ia teguh, hingga kini masih tetap melawan rasa bosannya, kejenuhannya dalam rutinitas kerja, yang saya pahami, sedikit demi sedikit mungkin mulai melemahkan semangatnya. Dulu dia juga aktivis, aktif sekali malah. Mungkin kesibukannya kini berbeda dengan rutinitas yang sebelumnya ia geluti. 

Saya paham, tentu, karena beberapa bulan yang lalu pun saya pernah merasakan kebosanan yang sama.
Tapi dia bertahan, dan melawan..itulah yang membedakannya dengan saya. Salah satu caranya melawan kejenuhan itu adalah dengan menelpon saya, kawan lama, yang entah mungkin dia pikir mampu memberinya nasehat bijak untuk terus melanjutkan hidup dengan lebih bersemangat. 

Ucapan terakhirnya di telpon tadi, “terima kasih ya ukhti untuk nasehatnya..”

Ya Rabb, padahal yang saya lakukan hanya mendengarkan ceritanya saja, dan tentu menanggapi seperlunya. Tapi sungguh, saya merasa dialah yang lebih banyak -tanpa sadar- memberikan nasehat untuk saya.

Ahh.. terkadang saya terkejut dengan tanggapan orang-orang lain terhadap diri saya.
Mereka terlalu tinggi memandang diri ini..
Teringat doa Abu Bakar As-Sidiq ketika banyak sekali pujian yang ia dapatkan sebagai seorang khalifah dan sahabat Rasulullah SAW.
“..Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka..”

Saya bukan siapa-siapa tanpa kalian kawan.. dan tak ada apa-apanya tanpa Allah SWT..
Maha Suci Allah Yang telah menutup segala aib, dan menjadikan saya ada di titik ini.
Paling tidak, saya bersyukur, bisa menjadi seseorang yang orang lain percaya untuk mendengarkan cerita mereka, dan memberikan senyum tulus ketika mereka membutuhkannya..
Saya bersyukur, apa adanya diri saya saat ini, bisa bermanfaat bagi orang lain.