Kamis, 20 September 2012

Pemisahan Analitik dan Teori Big Bang

..di tengah-tengah materi Pemisahan Analitik siang tadi, ada satu statement dosen yang membekas sekali dalam memori saya..

sungguh, di tempat ini saya semakin yakin, ilmu Allah itu luar biasa!

tapi sebelum ke sana, saya mau cerita dari awal dulu yaa.. ^.^

....................

gini nih, ceritanya, dosen saya itu sedang menjelaskan tentang daya dorong pemisahan. Pemisahan tersebut bisa disebabkan oleh 2 faktor ; (a) keseimbangan yang dirusak, dan (b) kinetika.

Untuk faktor yang pertama, membahas habis tentang hukum-hukum termodinamika dengan segala macam istilahnya, seperti energi bebas, entalpi, dan entropi. Kemudian masih juga ditambah pembahasan mengenai hukum carlot yang (*baru saya ketahui) merupakan hukum pembatasan terhadap hukum termodinamika II (*jangan minta saya jelaskan apa itu hukum termodinamika dan jenis-jenisnya ya, huaaa..kalau soal itu sih menyerah kalah aja saya! ). ^^'

Lalu di bagian faktor kinetika, penjelasan beliau berputar tentang difusi, elektroforesis, dan hukum fick's (*sama g' ngertinya tentang hukum ini. pokoknya kalau sudah nyerempet ke arah kimia fisik, saya angkat bendera putih, kalah..). ^^'

Bapak dosen saya asyik dan tampak semangat sekali menjelaskan materi ini. luar biasa kawan, suaranya menggelegar (?). Padahal di awal masuk kelas tadi, beliau bilang sedang demam loh..dan memang terlihat agak pucat. Dalam kondisi demikian, beliau masih sanggup mengajar kami. Salut saya! ^^b

Satu hal yang menarik di antara sekelumit rumitnya materi hari ini, (*hehe..),
adalah kesimpulannya..

Kira-kira, beginilah dosen saya bercerita di akhir perkuliahan,

"keseimbangan itu merupakan hukum alam, jadi pemisahan ini sebenarnya melawan kecenderungan alam. dan untuk melawan alam, perlu usaha / energi yang besar. bayangkan letusan gunung krakatau dulu itu. letusan yang dasyat pada saat itu bisa membuat batu-batu beterbangan, batu-batu besar mungkin jarak perpindahannya hanya beberapa meter, tapi kerikil-kerikilnya sampai berkilo-kilo jauhnya, debunya saja sampai ke luar negeri (*saya lupa negara apa yang bapak sebut tadi). tanpa energi yang luar biasa dasyat, tidak akan bisa gunung itu meletus. Ingat teori Big Bang? Awalnya alam semesta berada dalam kondisi seimbang, semuanya satu, tapi kemudian terjadi ledakan yang maha dasyat (ya Big Bang itu) yang membuat segala macam benda berhamburan, yang kemudian mencapai keseimbangannya kembali seperti alam semesta yang saat ini ada. fenomena itu semua, tanpa energi yang besar tidak akan bisa tercapai.."


sambil senyum memandang beliau, dalam hati saya berkata,


"..ya pak, energi Maha Besar yang menciptakan alam semesta itulah, Allah SWT.." ^.^




"Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak" 
(QS. 55: 37)

"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. 32:4)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya)"
(QS. 15:16)

"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam" 
(QS.45:36)




Bandung, 20 September 2012 ; 20.20 WIB


LIA PUSPITASARI 

Rabu, 19 September 2012

Mencit, P.O, dan Dosen Saya ^.^

Pengembangan Obat adalah satu dari sekian banyak mata kuliah favorit saya di Farmasi..
alasannya akan saya bahas nanti di chapter selanjutnya (emm..ada g' ya ntar? hihi..)

yang ingin saya ceritakan kali ini adalah tentang pertemuan pekan lalu,
yang sangat menarik bagi saya.
materinya adalah tentang kajian keamanan obat,

emm..
tapi saya sedang tidak ingin membahas materi kuliahnya.

hanya teringat ucapan dosen saya saja yang kebetulan seorang non-muslim,
begini kira-kira ucapan beliau :

"tikus dan mencit itu makhluk yang istimewa yang diciptakan oleh Tuhan. Struktur tubuhnya mirip dengan manusia, sehingga bisa kita manfaatkan dalam pengujian obat. kalau sudah aman di tikus / mencit tadi, baru kemudian kita lakukan pengujian obat langsung ke manusia. bayangkan kalau Tuhan g' menciptakan 2 hewan sederhana itu? bayangkan kalau struktur sel kita lebih mirip ke sapi / kambing, waah..butuh super banyak sapi / kambing hanya untuk sekali uji efektifitas obat saja, belum lagi repot untuk tempat dan pemeliharaannya. Atau mungkin lebih parah lagi, pengujian obat bisa-bisa langsung ke manusia tanpa melalui hewan coba..
Jadi mungkin, inilah hikmah diciptakannya 2 hewan tadi oleh Tuhan."

hmm.. subhanallah..
hikmah bisa kita dapatkan dimana saja,
bahkan dari ucapan seorang non-muslim ^.^ 


Bandung, 19 September 2012 ; 23.05 WIB


LIA PUSPITASARI 

Selasa, 18 September 2012

Finally.. Immiscible Solvents (Tugas Pemisahan Analitik) ^^/


Ketercampuran atau misibilitas (miscibility) zat adalah kemampuan suatu zat untuk larut dalam zat lain. Misibilitas ini sering kali dikaitkan dengan zat dalam fase cair sehingga secara lebih khusus misibilitas didefinisikan sebagai kemampuan dua cairan yang berbeda untuk larut satu dalam yang lain. Sementara itu, immiscible solvents, yaitu cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain, biasanya digunakan dalam proses ekstraksi senyawa kimia, dimana senyawa tertentu dapat dipisahkan dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan di antara pelarut air dan pelarut lipofilik.
Berikut merupakan beberapa contoh pelarut beserta sifat immisibilitas nya.
Tabel 1. immiscibility solvents
Solvents
Immiscibility
Acetone
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
Acetonitrile
cyclohexane, heptane, hexane, pentane, 2,2,4-trimethylpentane
carbon tetrachloride
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
Chloroform
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
Cyclohexane
acetonitrile, dimethyl formamide, dimethyl sulfoxide, methanol, water
1,2-dichloroethane
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
Dichloromethane
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
diethyl ether
dimethyl sulfoxide, water
dimethyl formamide
cyclohexane, heptane, hexane, pentane, 2,2,4-trimethylpentane, water
dimethyl solfoxide
cyclohexane, heptane, hexane, pentane, 2,2,4-trimethylpentane, diethyl ether
1,4-dioxane
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
Ethanol
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
ethyl acetate
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
Heptanes
acetonitrile, dimethyl formamide, dimethyl sulfoxide, methanol, water
Hexane
acetonitrile, dimethyl formamide, dimethyl sulfoxide, methanol, acetic acid, water
Methanol
cyclohexane, heptane, hexane, pentane, 2,2,4-trimethylpentane
methyl-tert-butyl ether
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
Pentane
acetonitrile, dimethyl formamide, dimethyl sulfoxide, methanol, water, acetic acid
1-propanol
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
2-propanol
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
Tetrahydrofuran
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left
Toluene
can be mixed with any of the solvents listed in the column at left except water
2,2,4-trimethylpentane
acetonitrile, dimethyl formamide, dimethyl sulfoxide, methanol, water
Water
carbon tetrachloride, chloroform, cyclohexane, 1,2-dichloroethane, dichloromethane, diethyl ether, dimethyl formamide, ethyl acetate, heptane, hexane, methyl-tert-butyl ether, pentane, toluene, 2,2,4-trimethylpentane

Alasan mendasar yang membuat beberapa cairan tidak dapat bercampur satu sama lain adalah sifat cairan tersebut yang kompleks dan antar molekulnya yang sulit dipisahkan. Dua cairan tidak dapat saling bercampur ketika memiliki sifat dasar yang berbeda. Jika sifat keduanya sama, maka dapat terjadi pencampuran. Jika sifat keduanya hampir sama, maka bisa terjadi pencampuran / tidak terjadi pencampuran. Segala sesuatunya bergantung kepada sifat dasar masing-masing cairan tersebut.
Misibilitas tergantung pada tiga macam interaksi atau gaya tarik, yaitu interaksi antara zat terlarut dengan zat terlarut (solute-solute interaction), interaksi antara pelarut dan pelarut (solvent-solvent interaction), dan interaksi antara zat terlarut dan pelarut (solute-solvent interaction). Misibilitas antara dua macam zat bertambah besar dengan semakin kuatnya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut. Sebaliknya, misibilitas dua macam zat akan berkurang dengan semakin kuatnya interaksi antara zat terlarut dan zat terlarut serta interaksi antara pelarut dengan pelarut.
Beberapa jenis interaksi antar molekul bekerja dengan mekanisme sebagai penolong atau perintang campuran cairan tersebut, dan hasilnya bergantung kepada interaksi mana yang lebih dominan. Jika dominan menolong, maka akan terjadi campuran kedua macam cairan. Namun jika dominan merintangi, maka yang terjadi adalah kedua cairan tidak dapat bercampur. Sering kali timbul bidang batas antar dua permukaan cairan tersebut di dalam wadah.
Contoh hubungan antara misibilitas dengan kekuatan tiga macam interaksi atau gaya antar molekul tersebut diberikan pada Tabel 2 :
 Tabel 2. Contoh Misibilitas Pelarut
Contoh Zat
Misibilitas
Pelarut
Sifat
Zat Terlarut
Sifat
Minyak
Non Polar
Minyak
Non Polar
Larut Sempurna
Air
Polar
Alkohol
Polar
Larut Sempurna
Air
Polar
Minyak
Non Polar
Hampir Tidak Larut
HCl
Polar
HCl
Polar
Larut Sempurna
C6H14
Non Polar
Sukrosa
Polar
Hampir Tidak Larut

Air disebut sebagai cairan polar, karena molekulnya memiliki dua kutub (satu positif dan satu negatif). Sementara minyak tidak memiliki sifat seperti ini, maka keduanya tidak dapat bersatu. Contoh lainnya adalah gasoline dan minyak. Kedua cairan ini sama-sama memiliki sifat non-polar. Maka keduanya dapat bercampur satu sama lain. Selanjutnya, antara alkohol dan air yang sama-sama bersifat polar sehingga dapat bercampur. Kesimpulannya, kepolaran menentukan miscible / immiscible antar cairan.
Dua zat cenderung larut sempurna apabila: (1) baik zat terlarut maupun pelarut bersifat nonpolar; atau (2) baik zat terlarut maupun pelarut bersifat polar. Hal ini tejadi karena gaya antar molekul antara senyawa-senyawa sejenis cenderung memiliki kekuatan yang sama. Kecenderungan ini menyebabkan munculnya kaidah “like dissolves like”.
Melihat sifat kepolaran suatu zat / senyawa dapat diketahui dari struktur kimia zat tersebut dan juga konstanta dielektriknya. Suatu senyawa yang memiliki rantai alifatik dan inti aromatik tidak dapat membentuk ikatan hidrogen sehingga sukar larut dalam pelarut air. Semakin panjang rantai alifatik atau semakin banyak inti aromatik suatu senyawa, maka kepolarannya berkurang.
Pelarut yang memiliki konstanta dielektrik yang besar adalah pelarut yang bersifat polar. Sedangkan pelarut yang memiliki konstanta dielektrik yang kecil bersifat non polar. Konstanta dielektrik merupakan tetapan yang melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa).
Senyawa hidrofobik dapat meningkat kelarutannya dalam air dengan adanya perubahan konstanta dielektrik pelarut yang dapat dilakukan dengan penambahan pelarut lain (kosolven). Konstanta dilektrik dari suatu sistem pelarut campur adalah merupakan jumlah hasil perkalian fraksi pelarut dengan konstanta dielektrik masing-masing pelarut dari sistem pelarut campur tersebut.
Berikut beberapa contoh pelarut dan nilai konstanta dielektriknya :
Table 3. Harga Konstanta Dielektrik
Pelarut
Molekul
Konstanta Dielektrik
Air
H2O
78
Asam Format
HCOOH
59
Asetonitril
CH3CN
38
Metanol
CH3OH
33
Etanol
C2H5OH
25
Aseton
CH3COCH3
21
Kloroform
CHCl3
4,8
Asam Asetat
CH3COOH
6,1
Dietil eter
(C2H5)2O
4,3
Benzena
C6H6
2,3
Karbontetraklorida
CCl4
2,2
Heksana
CH3(CH2)CH3
1,9