Ketercampuran atau misibilitas (miscibility)
zat adalah kemampuan suatu zat untuk larut
dalam zat lain. Misibilitas ini sering kali dikaitkan dengan zat dalam fase cair sehingga secara lebih khusus
misibilitas didefinisikan sebagai kemampuan dua cairan yang berbeda untuk
larut satu dalam yang lain. Sementara itu, immiscible solvents, yaitu cairan yang tidak
dapat bercampur satu sama lain, biasanya digunakan dalam proses ekstraksi
senyawa kimia, dimana senyawa tertentu dapat dipisahkan dengan memanfaatkan
perbedaan kelarutan di antara pelarut air dan pelarut lipofilik.
Berikut merupakan
beberapa contoh pelarut beserta sifat immisibilitas nya.
Tabel 1. immiscibility solvents
Solvents
|
Immiscibility
|
Acetone
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
Acetonitrile
|
cyclohexane, heptane, hexane, pentane,
2,2,4-trimethylpentane
|
carbon tetrachloride
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
Chloroform
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
Cyclohexane
|
acetonitrile, dimethyl formamide,
dimethyl sulfoxide, methanol, water
|
1,2-dichloroethane
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
Dichloromethane
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
diethyl ether
|
dimethyl sulfoxide, water
|
dimethyl formamide
|
cyclohexane, heptane, hexane, pentane,
2,2,4-trimethylpentane, water
|
dimethyl solfoxide
|
cyclohexane, heptane, hexane, pentane,
2,2,4-trimethylpentane, diethyl ether
|
1,4-dioxane
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
Ethanol
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
ethyl acetate
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
Heptanes
|
acetonitrile, dimethyl formamide,
dimethyl sulfoxide, methanol, water
|
Hexane
|
acetonitrile, dimethyl formamide,
dimethyl sulfoxide, methanol, acetic acid, water
|
Methanol
|
cyclohexane, heptane, hexane, pentane,
2,2,4-trimethylpentane
|
methyl-tert-butyl ether
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
Pentane
|
acetonitrile, dimethyl formamide,
dimethyl sulfoxide, methanol, water, acetic acid
|
1-propanol
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
2-propanol
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
Tetrahydrofuran
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left
|
Toluene
|
can be mixed with any of the solvents
listed in the column at left except water
|
2,2,4-trimethylpentane
|
acetonitrile, dimethyl formamide,
dimethyl sulfoxide, methanol, water
|
Water
|
carbon tetrachloride, chloroform,
cyclohexane, 1,2-dichloroethane, dichloromethane, diethyl ether, dimethyl
formamide, ethyl acetate, heptane, hexane, methyl-tert-butyl ether, pentane,
toluene, 2,2,4-trimethylpentane
|
Alasan mendasar yang
membuat beberapa cairan tidak dapat bercampur satu sama lain adalah sifat
cairan tersebut yang kompleks dan antar molekulnya yang sulit dipisahkan. Dua
cairan tidak dapat saling bercampur ketika memiliki sifat dasar yang berbeda.
Jika sifat keduanya sama, maka dapat terjadi pencampuran. Jika sifat keduanya
hampir sama, maka bisa terjadi pencampuran / tidak terjadi pencampuran. Segala
sesuatunya bergantung kepada sifat dasar masing-masing cairan tersebut.
Misibilitas tergantung pada tiga macam interaksi atau gaya
tarik, yaitu interaksi antara zat terlarut dengan zat terlarut (solute-solute interaction), interaksi antara
pelarut dan pelarut (solvent-solvent interaction),
dan interaksi antara zat terlarut dan pelarut (solute-solvent interaction). Misibilitas antara dua macam zat
bertambah besar dengan semakin kuatnya interaksi antara zat terlarut dengan
pelarut. Sebaliknya, misibilitas dua macam zat akan berkurang dengan semakin
kuatnya interaksi antara zat terlarut dan zat terlarut serta interaksi antara
pelarut dengan pelarut.
Beberapa jenis interaksi
antar molekul bekerja dengan mekanisme sebagai penolong atau perintang campuran
cairan tersebut, dan hasilnya bergantung kepada interaksi mana yang lebih
dominan. Jika dominan menolong, maka akan terjadi campuran kedua macam cairan.
Namun jika dominan merintangi, maka yang terjadi adalah kedua cairan tidak
dapat bercampur. Sering kali timbul bidang batas antar dua permukaan cairan
tersebut di dalam wadah.
Contoh hubungan antara misibilitas dengan kekuatan
tiga macam interaksi atau gaya antar molekul tersebut
diberikan pada Tabel 2 :
Tabel 2. Contoh Misibilitas Pelarut
Contoh Zat
|
Misibilitas
|
|||
Pelarut
|
Sifat
|
Zat Terlarut
|
Sifat
|
|
Minyak
|
Non Polar
|
Minyak
|
Non Polar
|
Larut Sempurna
|
Air
|
Polar
|
Alkohol
|
Polar
|
Larut Sempurna
|
Air
|
Polar
|
Minyak
|
Non Polar
|
Hampir Tidak Larut
|
HCl
|
Polar
|
HCl
|
Polar
|
Larut Sempurna
|
C6H14
|
Non Polar
|
Sukrosa
|
Polar
|
Hampir Tidak Larut
|
Air disebut sebagai
cairan polar, karena molekulnya memiliki dua kutub (satu positif dan satu
negatif). Sementara minyak tidak memiliki sifat seperti ini, maka keduanya
tidak dapat bersatu. Contoh lainnya adalah gasoline dan minyak. Kedua cairan
ini sama-sama memiliki sifat non-polar. Maka keduanya dapat bercampur satu sama
lain. Selanjutnya, antara alkohol dan air yang sama-sama bersifat polar
sehingga dapat bercampur. Kesimpulannya, kepolaran menentukan miscible / immiscible antar cairan.
Dua zat cenderung larut sempurna apabila: (1) baik zat
terlarut maupun pelarut bersifat nonpolar; atau (2) baik zat terlarut maupun
pelarut bersifat polar. Hal ini tejadi karena gaya antar molekul antara
senyawa-senyawa sejenis cenderung memiliki kekuatan yang sama. Kecenderungan
ini menyebabkan munculnya kaidah “like
dissolves like”.
Melihat sifat kepolaran suatu zat / senyawa dapat diketahui
dari struktur kimia zat tersebut dan juga konstanta dielektriknya. Suatu senyawa
yang memiliki rantai alifatik dan inti aromatik tidak dapat membentuk ikatan hidrogen
sehingga sukar larut dalam pelarut air. Semakin panjang rantai alifatik atau
semakin banyak inti aromatik suatu senyawa, maka kepolarannya berkurang.
Pelarut yang memiliki konstanta dielektrik yang besar adalah
pelarut yang bersifat polar. Sedangkan pelarut yang memiliki konstanta
dielektrik yang kecil bersifat non polar. Konstanta dielektrik merupakan
tetapan yang melambangkan rapatnya fluks elektrostatik
dalam suatu bahan
bila diberi potensial listrik.
Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi
listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah
potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa).
Senyawa hidrofobik dapat
meningkat kelarutannya dalam air dengan adanya perubahan konstanta dielektrik pelarut
yang dapat dilakukan dengan penambahan pelarut lain (kosolven). Konstanta dilektrik
dari suatu sistem pelarut campur adalah merupakan jumlah hasil perkalian fraksi
pelarut dengan konstanta dielektrik masing-masing pelarut dari sistem pelarut campur
tersebut.
Berikut beberapa contoh pelarut dan nilai konstanta
dielektriknya :
Table
3. Harga Konstanta Dielektrik
Pelarut
|
Molekul
|
Konstanta Dielektrik
|
Air
|
H2O
|
78
|
Asam
Format
|
HCOOH
|
59
|
Asetonitril
|
CH3CN
|
38
|
Metanol
|
CH3OH
|
33
|
Etanol
|
C2H5OH
|
25
|
Aseton
|
CH3COCH3
|
21
|
Kloroform
|
CHCl3
|
4,8
|
Asam
Asetat
|
CH3COOH
|
6,1
|
Dietil
eter
|
(C2H5)2O
|
4,3
|
Benzena
|
C6H6
|
2,3
|
Karbontetraklorida
|
CCl4
|
2,2
|
Heksana
|
CH3(CH2)CH3
|
1,9
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar