Beberapa bulan terakhir ini Allah memberikan kesempatan agar saya dapat berdiskusi dengan teman-teman ADK dari berbagai universitas, baik itu mengenai kondisi LDK di kampus mereka masing-masing, strategi perekrutan mahasiswa baru, alur kaderisasi lembaga, program-program syi'ar dan peningkatan kualitas kader pengurus, ataukah hanya sekedar obrolan ringan untuk lebih mengenal karakteristik kader dari berbagai daerah
Maka selain ada ilmu-ilmu baru tentang dakwah kampus yang saya dapatkan dari diskusi tersebut, saya bisa menyimpulkan satu hal bahwa, aktivis dakwah kampus selalu menemukan permasalahan yang sama di tingkat akhir perkuliahan mereka, yaitu, SKRIPSI..hehe :)
Maka selain ada ilmu-ilmu baru tentang dakwah kampus yang saya dapatkan dari diskusi tersebut, saya bisa menyimpulkan satu hal bahwa, aktivis dakwah kampus selalu menemukan permasalahan yang sama di tingkat akhir perkuliahan mereka, yaitu, SKRIPSI..hehe :)
Nah, ulasan yang ingin saya buat kali ini bukan tentang bagaimana managemen / strategi dakwah dari kampus mereka, karena saya merasa masih belum pantas untuk menuliskannya, selain itu data yang terkumpul masihlah belum memadai, maka saya menjadi khawatir hasilnya tidak begitu maksimal jika dipaksakan saat ini.
Ulasan kali ini ringan saja, hehe.. sambil mengingat masa lalu, saya akan mencoba sedikit berbagi tentang bagaimana dulu saya menyelesaikan permasalahan mahasiswa tingkat akhir itu saat masih kuliah S1 di Universitas Mulawarman Samarinda.
Ulasan kali ini ringan saja, hehe.. sambil mengingat masa lalu, saya akan mencoba sedikit berbagi tentang bagaimana dulu saya menyelesaikan permasalahan mahasiswa tingkat akhir itu saat masih kuliah S1 di Universitas Mulawarman Samarinda.
Yup, kali ini, kita akan berbicara tentang skripsi.. ^.^b
Semoga tulisan ini terlindungi dari hal-hal yang tidak
mendatangkan berkah dari-Nya.
Bismillahirrahmanirrohim..
Hal pertama yang harus sama-sama kita pahami adalah, kita
semua pasti akan menjumpai skripsi dalam proses perjalanan kuliah kita. Apakah
itu mau kita percepat atau malah akan kita undur pengerjaannya. Yang pasti, “saat”
itu akan tetap kita jalani, kita HARUS
MENYELESAIKANNYA. Karena seperti yang kita tau, skripsi adalah syarat
penting kelulusan S1.
Hal kedua yang juga harus kita sepakati adalah, kita BUKAN MAHASISWA BIASA. Ada berbagai pertimbangan amanah organisasi yang
(sering) mempengaruhi pengambilan keputusan kita dalam pengerjaan skripsi
tersebut. Pertanyaan “siapa yang akan meneruskan amanah itu ketika saya pergi?”
selalu singgah di pikiran kita. Benar?
Hal ketiga yang tak kalah penting adalah, kita smua punya
keluarga dan lingkungan yang senantiasa menilai serta mengharapkan yang terbaik
dari pribadi kita. Katakanlah, kuliah ini adalah juga sebagai bentuk
pelaksanaan TANGGUNG JAWAB kita
kepada orang tua yang telah membiayai, serta mendoakan kita agar sukses
nantinya. Sepakat?
Jika kita sudah menyepakati ketiga hal tersebut, maka saya akan memulai cerita saya…
………………..
Saya mulai mengerjakan skripsi pada semester 4. Tapi jangan
mengira bahwa pada saat itu saya sudah langsung mulai menulis proposal skripsi
/ konsultasi-konsultasi kepada dosen pembimbing, belum.. Taukah apa yang saya
lakukan di semester 4 itu? Saya membuat PETA
KELULUSAN.
Isinya adalah alur-alur dan target yang harus saya lalui
untuk menperoleh gelar S.Farm. Jangan juga mengira bahwa peta skripsi itu adalah
sesuatu yang sempurna dan valid untuk saya ikuti hingga lulus. Tidak, sungguh
peta skripsi awal saya jauh dari sempurna. Banyak sekali mengalami revisi pada
semester-semester sesudahnya.
Catatan penting pada poin pertama ini adalah, buatlah RENCANA. Tanpa rencana yang jelas untuk masa depan, sama saja kita
sedang merencanakan kegagalan. Hal ini tentu bukan sekedar rencana bahwa bulan
sekian saya akan seminar proposal, bulan berikutnya saya sidang pendadaran, dan
seterusnya.. bukan, tentu tidak semudah itu
rencana yang harus kita buat. Ingat, kita bukan mahasiswa biasa.
Rencana yang kita buat harus jelas dan realistis
dengan tahapan-tahapan pencapaiannya. Contoh, ketika kita merencanakan seminar
proposal pada semester ke-7, maka kita juga harus menentukan langkah-langkah
untuk mencapainya, seperti mencari alternatif judul proposal yang baik sejak semester 6,
konsultasi dengan pihak-pihak tertentu sejak semester 5, mencari referensi jurnal-jurnal / studi
kasus lapangan, hingga menentukan berapa waktu yang kita perlukan (serta
targetkan) untuk menyelesaikan tulisan proposal skripsi kita. Nah, langkah-langkah
“kecil” tersebut sangat penting untuk mencapai target seminar proposal di
semester 7 itu. Maka, buatlah serinci mungkin apa yang harus kita lakukan untuk
mencapai setiap target. Dan, KONSISTEN
UNTUK MELAKSANAKAN SETIAP TARGET yang kita buat. Kalau perlu, tulis
besar-besar di kertas / papan tulis, dan tempel / letakkan di tempat yang
selalu kita lihat setiap hari. Dinding kamar misalnya.
Selanjutnya, saya mulai mewujudkan satu per satu target yang
telah saya buat tersebut. Dalam proses pelaksanaannya, tentu banyak terjadi
hambatan. Maka, hal penting selanjutnya adalah rutin melakukan EVALUASI TARGET. Fleksibel saja. Jika memang
harus ada target yang direvisi, maka segera perbaiki. Penyegeraan evaluasi
tersebut membuat kita selalu on fire mencapai
tahapan-tahapan target selanjutnya yang belum tercapai. Insya Allah, SABAR DAN IKHLAS saja dalam
menjalaninya. Allah menilai setiap usaha kita, yang penting kita sudah
benar-benar MELAKUKAN DENGAN MAKSIMAL.
Eitss..jangan salah, perencanaan dalam bentuk target itu adalah salah satu poin penting untuk
memaksimalkan usaha kita lo..
Poin kedua, yang tentu saja tidak kalah pentingnya, yaitu JANGAN PERNAH MENINGGALKAN AMANAH DAKWAH
KARENA SKRIPSI. Banyak aktivis yang terjebak untuk memilih di antara
keduanya, jika fokus skripsi maka pasti akan meninggalkan aktivitas dakwah,
begitu pula sebaliknya. Tidak, saya tegaskan sekali lagi bahwa tidak seperti
itu. Pegang dengan keteguhan hati kita isi kandungan QS. Muhammad : 7, “Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukanmu”.
Sikap yang tepat adalah dengan mengaturnya dengan managemen
yang baik. Fokus bukan berarti meninggalkan hal lain untuk melakukan satu hal
khusus saja. Bukan seperti itu. Jangan lupa bahwa fokus merupakan salah satu bentuk
profesionalitas kita sebagai bukan mahasiswa biasa. Contoh nyatanya seperti ini,
pada saat syuro maka fokuskan pikiran dan tubuh kita dengan hal yang
berhubungan dengan materi syuro. Jangan sampai ada jurnal bahan skripsi di
samping buku syuro kita, atau jangan pula asyik brosing bahan penelitian pada saat pemimpin syuro sedang memaparkan
agenda syuro. Begitu pun sebaliknya, saat di kelas dosen sedang
menjelaskan materi kuliah, kita malah asyik sms-an koordinasi dengan ketum
tentang rencana agenda dakwah ahad nanti. Hehe..intinya, jangan
mencampur-adukkan amanah yang satu (akademik) dengan amanah yang lain
(organisasi dakwah).
Ehm..sebenarnya untuk yang satu itu, saya juga sempat beberapa
kali “melanggar”nya sendiri kemarin. Hehe.. Memang saya akui sulit, memusatkan pikiran
untuk satu hal (kuliah misalnya) di saat yang bersamaan mungkin kita juga
sedang menghadapi satu permasalahan dakwah yang harus segera diselesaikan. Atau,
di saat acara dakwah yang sedang tampak “membosankan”, pikiran kita malah ada
di tumpukan tugas-tugas kuliah di rumah. Subhanallah, dan saya pun mengakui,
saat-saat itu adalah waktu yang paling tepat untuk mengaplikasikan ilmu
manageman waktu kita.Maka, tertantanglah kita untuk bisa menerapkan FOKUS PADA TEMPATNYA.
Jika pun suatu saat terjadi benturan yang sulit diatasi,
maka langkah yang selanjutnya lagi-lagi bukan meninggalkan amanah dakwah, tapi “mengurangi”
intensitasnya. Kita alokasikan diri kita untuk peran-peran dakwah yang masih
dapat kita lakukan sambil tetap menyelesaikan amanah akademik. Contoh, jika
pada semester 6 jumlah binaan kita ada 4 halaqoh, maka mungkin langkah yang
bijaksana untuk menguranginya menjadi 2 halaqoh saja pada semester 7, dengan
catatan 2 halaqoh yang lain tentu sudah mampu dikondisikan untuk dilakukan rolling murabbi / penataan kelompok. Contoh
lain, jika pada tahun ke-3 perkuliahan kita memiliki amanah di 2 organisasi internal
dan 1 organisasi eksternal kampus, maka bijaksana pula untuk memaksimalkan diri
hanya di 1 organisasi saja pada tahun ke-4. Tentu lagi-lagi dengan catatan,
kita harus sudah memaksimalkan adanya regenerasi sebelumnya, atau
antisipasi-antisipasi lain sehingga kepergian kita tidak membuat organisasi
tersebut menjadi bermasalah. Inilah pentingnya perencanaan di awal, untuk
mengantisipasi hal-hal seperti regenerasi kader misalnya. Kadang kita terlena
dengan amanah dakwah kita, tidak sadar bahwa waktu kita sungguh sempit di
tempat ini, sementara pekerjaan kita yang lain masih banyak yang harus
diselesaikan.
Selanjutnya, poin ketiga, KOMUNIKASIKAN DENGAN BAIK pilihan-pilihan (baik pikiran maupun
tindakan) kita kepada pihak-pihak terkait. Contoh, untuk pengerjaan skripsi
maka yang tepat adalah mengkomunikasikannya dengan dosen kita. Sampaikan minat
dan keinginan yang ingin kita dapat dari skripsi kita tersebut, kapan target
kelulusan kita, dan mintalah kesediaan dosen kita untuk membantu mewujudkannya.
Selanjutnya komunikasikan pula dengan pihak keluarga, dalam
hal ini orang tua kita. Sampaikan perkembangan akademik kita, untuk orang tua
yang pendidikannya juga tinggi dan paham tentang perkuliahan, kita bisa ajak
diskusi tentang rencana yang akan kita jalankan untuk mencapai target
kelulusan, apa saja kendala dalam penelitian, dan sebagainya. Namun jika orang
tua kita kurang paham tentang segala kerumitan kuliah kita (hehe..), maka
jelaskanlah hal-hal umum yang mampu mereka mengerti saja. Intinya, mereka tau
bahwa kita sedang berusaha yang terbaik untuk kuliah kita. Hal itu akan membuat
mereka percaya dan bangga dengan bagaimanapun hasil yang kita dapatkan di akhir
perkuliahan nantinya.
Dan..komunikasikan pula dengan qiyadah kita di organisasi
terkait hal ini. Jangan sampai kita tiba-tiba “menghilang” tanpa kabar berita
dan dinilai non-aktif tanpa alasan yang jelas. Komunikasikan dengan bijak lo, jangan berlebihan pula. Peran qiyadah yang nantinya
akan membantu kita mengatur hal-hal yang dapat tetap kita kerjakan bersamaan
dengan pengerjaan target akademik kita (skripsi). Maka, qiyadah juga dituntut
bijak dalam hal ini. Eitss..satu hal lagi, jangan lupa komunikasikan semuanya
dengan murabbi.
Poin keempat, atau yang terakhir..tapi sesungguhnya menjadi yang paling utama, yaitu PERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH SWT. Insya Allah Dia akan membimbing
kita memilih yang terbaik, melakukan yang terbaik, serta menjadi yang terbaik
untuk semua pihak.. Insya Allah dengan niat yang lurus, ikhtiar yang maksimal,
dan doa yang tulus.. kesuksesan itu bukan hal yang mustahil.
Maka apapun pilihan kita, lulus cepat atau lulus PADA WAKTU YANG TEPAT, keduanya mampu
kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya..
...................
Astaghfirullah..astaghfirullah..astaghfirullah..
Saya tentu sangat jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak
pihak yang terdzalimi atas pilihan yang telah saya ambil dulu, mungkin juga ada
amanah yang menjadi tidak maksimal karena saya memilik untuk memaksimalkan
amanah yang lain.
Maka, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga mereka
dan Allah SWT mengampuni dan menjadikannya sebagai pelajaran serta hikmah di
kemudian hari.
SELAMAT BER-IKHTIAR.. !!! ^.^/
Jogjakarta, 11 Juni 2012 ; 01.08 WIB