Senin, 07 September 2015

SWAMEDIKASI OBAT ANTI EMETIK



BAB I
PENDAHULUAN

Swamedikasi adalah pengobatan yang dilakukan oleh diri sendiri baik secara farmakologi (obat OTC) ataupun non farmakologi untuk mencegah, meringankan, ataupun menghilangkan gejala penyakit atau penyakit ringan. Beberapa keuntungan swamedikasi adalah dapat mencegah maupun mengobati penyakit atau gejalanya lebih dini dan dapat menurunkan biaya terapi.  Ada beberapa swamedikasi penyakit atau gejala penyakit yang telah dikembangkan saat ini, salah satunya adalah swamedikasi tentang mual dan muntah. 
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Sedangkan mual adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan yang dapat ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau penciuman. Jadi dapat dikatakan bahwa pada umumnya muntah terjadi setelah timbulnya gejala mual. Saat ini, mual dan muntah dianggap sebagai efek samping pengobatan yang tidak dapat dihindari, terutama pada pasien kemoterapi, ataupun pasien yang sedang menjalani pengobatan dengan aspirin, NSAID selektif, ataupun antibiotik doksisiklin. Namun ada beberapa hal yang dapat menyebabkan mual ataupun muntah, selain efek dari suatu pengobatan, diantaranya adalah efek karena adanya kehamilan dan infeksi ataupun permasalahan saat pemberian makan pada bayi. Pasien dengan gejala mual yang diikuti dengan muntah biasanya dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga sebagian besar pasien akan terganggu akibat munculnya gejala ini. Terapi farmakologi ataupun terapi nonfarmakologi telah banyak dilakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan gejala mual dan muntah. Farmasis sebagai salah satu pelayan kesehatan  dapat berpartisipasi dalam memberikan terapi farmakologi yang nanti akan berkolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya, ataupun terapi nonfarmakologi. Salah satu bentuk terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan oleh seorang farmasis adalah memberikan informasi mengenai swamedikasi tentang antimuntah.
Mengingat pentingnya swamedikasi anti muntah ini, maka penulis menyusun makalah tentang swamedikasi antimuntah. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai beberapa bahasan mengenai swamedikasi antimuntah, yaitu: definisi, epidemiologi, patofisiologi, dan mekanisme terapi yang diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Definisi
Muntah atau emesis (Yunani) adalah suatu cara perlindungan alamiah dari rubuh terhadap zat-zat merangsang dan beracun yang ada di dalam makanan atau merupakan gejala penyakit kanker lambung, mabuk darat, dan lazim terjadi saat masa hamil. Adapun antimuntah atau antiemetika adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah (Tjay & Rahardja, 2006).

2.2         Epidemiologi
Mual muntah muncul pada orang dewasa dan anak-anak. Data statistik epidemiologimual muntah tidak ada karena banyak kasus penyakit dimana gejala ini muncul, dan banyak pasien tidak melaporkan keadaan ini pada praktisi kesehatan yang menanganinya. Tiga kondisi umum yang berhubungan dengan mual muntah adalah mabuk perjalanan, mual muntah karena hamil (NVP), dan gastroenteritis karena  virus.

2.3         Patofisiologi
Mekanisme muntah secara alami belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa mekanisme patofisiologi yang menyebabkan mual dan muntah telah diketahui. Pusat pengatur muntah berupa kumpulan syaraf yang berlokasi di medula oblongata. Syaraf–syaraf ini menerima input dari:

1.        Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema.
2.        Sistem vestibular (yang berhubungan dengan mabuk darat dan mual karena penyakit telinga tengah).
3.        Nervus vagus (yang membawa sinyal dari traktus gastrointestinal).
4.        Sistem spinoreticular (yang mencetuskan mual yang berhubungan dengan cedera fisik).
5.        Nukleus traktus solitarius (yang melengkapi refleks dari gag refleks).
6.        Sensor utama stimulus somatik berlokasi di usus dan CTZ. Stimulus emetik dari usus berasal dari dua tipe serat saraf aferen vagus.

Transmitor yang terlibat dalam jalur emesis tidak diketahui dengan pasti. Akan tetapi CTZ diketahui memiliki banyak reseptor neurotransmitter, diantaranya dopamine D2 dan serotonin. Sinaps kolinergik dan histaminergik terlibat dalam transmisi dari apparatus vestibular ke pusat muntah.
Pusat muntah berjalan ke saraf vagus dan ke neuron motoric spinal yang mempersarafi  otot abdomen. Pusat muntah berperan dalam mengatur serangkaian reaksi kompleks yang mendasari emesis. Pada kondisi muntah juga terjadi peningkatan produksi air ludah, peningkatan kecepatan pernapasan dan detak jantung serta pelebaran pupil mata. Pada kasus keracunan pangan oleh S. aureus, muntah yang terjadi disebabkan oleh tertelannya enterotoksin staphylococcal yang dibentuk oleh bakteri ini. Staphylococcal yang tertelan, akan berikatan dengan antigen major histocompatability complex (MHC) yang menstimulasi sel T untuk melepaskan cytokine. Sitokin ini selanjutnya akan menstimulasi neuroreseptor yang ada di saluran pencernaan dan rangsangan tersebut akan diteruskan ke sistim syaraf pusat, sehingga memicu pusat muntah (VC) dan mengakibatkan terjadinya muntah. Gerak peristaltik terbalik memindahkan isi usus halus bagian atas ke dalam lambung. Glotis menutup, nafas ditahan, sfingter esophagus, dan sfingter gaster berelaksasi yang menyebabkan otot abdomen berkontraksi mengeluarkan isi lambung (Neal, 2006).










Gambar 2.1 Anatomi dan patofisiologi mual muntah

 
 





2.4         Obat-obat Antiemetika
Antiemetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual/muak dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik golongan opiat, anestesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) atau migrain. Anti emetik terbagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:
1.        Golongan antagonis reseptor 5HT3
Obat emetik ini menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf serebral dan saluran pencernaan. Sehingga, obat emetik golongan ini dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah setelah operasi dan penggunaan obat sitotoksik. Adapun golongan obat emetik ini adalah:
a.          Granisetron
Granisetron tersedia dalam bentuk tablet dan cairan/sirup untuk diminum secara oral. Untuk pencegahan mual dan muntah pada kemoterapi, Granisetron biasanya diminum satu jam sebelum kemoterapi dijalankan. Dosis kedua diberikan setelah 12 jam dari dosis pertama. Minum Granisetron sesuai dosis yang diresepkan, jangan minum lebih sering atau kurang dari yang diresepkan dokter.
b.         Ondansetron
Ondansetron diperuntukkan untuk mencegah mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi kanker atau setelah operasi. Ondansetron bekerja dengan memblokade hormon Serotonin yang menyebabkan muntah. Selain itu Ondansentron digunakan untuk mengobati kecanduan alkohol. Obat ini digunakan sebelum atau sesudah makan. Ondansetron juga dapat diminum bersama antasida. Dosis pertama diberikan 30 menit sebelum kemoterapi. Dosis selanjutnya sesuai resep dokter, biasanya satu sampai dua hari setelah kemoterapi selesai. Untuk kondisi kesehatan lainnya pemberian berbeda-beda. Ikuti cara pakai yang diberikan dokter anda. Ceritakan ke dokter anda jika pernah atau mengidap penyakit perut atau usus, penyakit hati, dan alergi. Kurangi minum alkohol, karena dapat meningkatkan efek sampingnya. Berhati-hati bila mejalankan aktivitas yang memerlukan konsentrasi seperti menyupir sampai anda tahu bagaimana obat ini mempengaruhi anda.
Ceritakan kepada dokter jika anda hamil sebelum menggunakan Ondasentron. Belum diketahui apakah Ondasentron juga disekresikan lewat air susu. Konsultasikan ke dokter jika anda menyusui.
c.          Tropisetron
Tropisetron digunakan untuk mual karena kemoterapi dan muntah pada anak. Mencegah mual dan muntah setelah operasi.

2.        Golongan antagonis dopamin
Obat ini bekerja di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah karena penyakit kanker, sakit karena radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik, dan anestesi umum.
a.         Metoclopramide
Metoclopramide diketahui bekerja pada saluran pencernaan sebagai prokinetik, dan ini berguna pada penyakit saluran cerna, tetapi kurang berguna pada rasa ingin muntah karena obat sitotoksik dan setelah operasi.
Dalam penggunaan obat ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
§  katakan kepada dokter anda tentang obat resep atau obat non resep yang anda konsumsi khususnya yang mengandung amobarbital, insulin, narkotika, phenobarbital, sedatives, tranquilizer, dan vitamin;
§  katakan kepada dokter anda bila anda pernah mengidap atau masih mengidap tumor adrenal, penyakit kejiwaan, parkinson, tekanan darah tinggi, penyakit hati, atau ginjal;
§  katakan kepada dokter anda bila anda hamil atau berniat untuk hamil atau menyusui. Jika anda hamil sewaktu masa minum obat Metoclopramide hubungi dokter anda;
§  jika anda dalam masa operasi termasuk operasi di dokter gigi, katakan ke dokter atau dokter gigi anda bahwa anda minum Metoclopramid;
§  obat ini menyebabkan kantuk. Jangan mengendarai kendaraan atau mesin sampai anda dapat mengatasi efek obat ini;
§  alkohol dapat menambah rasa kantuk yang disebabkan obat ini.

3.        Golongan antihistamin (antagonis reseptor H1 histamine)
Obat-obat golongan ini efektif untuk beberapa kondisi, termasuk mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu hamil.
a.    Diphenhydramine
b.    Dimenhydrinate selain sebagai antiemetik juga mengatasi vertigo.
c.    Pyrathiazine
d.   Promethazine
Penderita penyakit jantung atau kegagalan fungsi hati perlu pengawasan yang ketat sewaktu minum obat ini atau tidak minum sama sekali. Anak-anak seharusnya tidak minum Prometahazine dengan dua alasan, pertama, dapat menyebabkan sindrom Reye. Kedua dosis yang besar dari antihistamin dapat menyebabkan konvulsi, halusinasi dan kematian bagi anak.
Pasien yang mengkonsumsi obat ini dilarang mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin berat atau terlibat pada aktivitas yang berbahaya di bawah pengaruh obat ini. Obat ini tidak dibuat untuk keamanan ibu hamil atau ibu menyusui.
e.    Betahistine khusus untuk vertigo
Betahistin dihidroklorida adalah obat yang sangat mirip senyawa histamin alami. Betahistine bekerja dengan cara langsung berikatan dengan reseptor histamin. Reseptor ini terletak di dinding aliran darah, termasuk di dalam telinga. Dengan mengaktifkan reseptor ini menyebabkan pembesaran pembuluh darah. Dengan peningkatan sirkulasi darah, mengurangi tekanan di telinga. Betahistine fungsi utamanya sebagai obat penyakit Meniere.
Obat ini membantu menghilangkan tekanan di dalam telinga dan mengurangi frekuensi dan keparahan serangan mual dan pusing. Betahistine juga mengurangi bunyi mendenging di telinga (tinitus) dan membantu fungsi pendengaran menjadi normal.

4.    Penghambat kanal kalsium (Ca2+)
Flunarizine
Flunarizine adalah penghambat selektif masuknya kalsium dengan cara ikatan calmodulin dan aktivitas hambatan histamin H1. Obat ini efektif untuk mencegah migren, penyakit vaskular periferal terbuka, vertigo, dan sebagai terapi tambahan pada epilepsi.
Untuk pemilihan obat mual  yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

2.5         Terapi Farmakologi
·      Obat emetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan untuk mengobati mual dan muntah. Untuk pasien yang emamtuhi dosis dan anjuran minum obat oral, maka dapat dipilihkan obat yang sesuai. Pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi obat oral, disarankan menggunakan obat rektal atau parenteral.
·      Dianjurkan menggunakan obat antiemetik tunggal pada sebagian besar kondisi, pengecualian untuk pasien yang tidak menghasilkan respons atau yang mendapat kemoterapi emetonik kuat, dibutuhkan multi regimen obat.
·      Terapi mual-muntah sederhana biasanya membutuhkan terapi minimal. Obat bebas atau obat resep pada dosis lazim efektif yang rendah sudah dapat menyembuhkan.
·      Penanganan mual muntah yang kompleks membutuhkan terapi obat yang bekerja kuat, bisa lebih dari satu obat emetik.
·      Pemberian obat antiemetik tergantung pada kondisi pasien, apabila keluhan terdapat di saluran cerna, maka diberikan antasida atau antagonis H2 pada dosis tunggal.
·      Muntah akibat pengaruh kemoterapi dapat diatasi dengan pemberian fenotiazin dan benzodiazepin.
·      Untuk pascaoperasi dapat diberikan antagonis serotonin.
·      Pada mual dan muntah yang dialami ibu hamil dilakukan terapi fenotiazin, antihistamin-antikolinergik, metoklopramid, dan piridoksin (Yulinah, 2008).

2.6         Terapi Non Farmakologi
·      Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman dianjurkan untuk menghindari masuknya makanan.
·      Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, dan distraksi kognitif.
·      Muntah psikogenik kemungkinan dapat diatasi dengan intervensi psikologik (Yulinah, 2008).

2.7         Saran Untuk Pasien
Beberapa tindakan pertama yang dapat dilakukan ketika pasien mengalami muntah adalah sebagai berikut:
a.         Jangan panik.
b.        Usahakan untuk tidak makan dan minum selama 15-20 menit setelah muntah.
c.         Mulailah memberikan minum air putih pelan-pelan untuk menghindari dehidrasi. Sebaiknya tidak memberikan makan terlebih dahulu.
d.        Hindari pemberian susu, jus, atau makanan terutama makan yang mengiritasi lambung.
e.         Kompres hangat disekitar ulu hati dapat membantu mengurangi rasa tidak enak setelah muntah.
f.         Sebaiknya tidak memposisikan diri tidur terlentang setelah muntah. Hal ini untuk mencegah respon muntah susulan dan masuknya muntahan ke dalam saluran pernapasan.
g.        Sebaiknya tidak mengkonsumsi obat anti muntah tanpa anjuran dokter.

Apabila terjadi hal-hal berikut, maka pasien dianjurkan berkonsultasi dengan dokter.
  1. Muntah terus terjadi selama 24 jam dan tidak dapat mentoleransi pemberian makan dan minum.
  2. Muntah disertai demam dan nyeri pada perut atau berwarna kuning atau kehijauan.
  3. Tanda-tanda dehidrasi seperti lemas, mengigau dan mengantuk.
  4. Mual yang menyertai sensasi berputar (vertigo), kehamilan dan obat-obatan tertentu.
  5. Muntah disertai demam dan keras pada bagian perut.
  6. Usia penderita muntah di bawah dua bulan.
  7. Jika selalu muntah sesaat setelah diberikan minum.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN      


3.1         Kesimpulan
Muntah adalah respon balik makanan yang telah ada di lambung ke mulut. Hal ini biasanya disebabkan adanya dorongan yang kuat yang tidak dapat ditolak oleh penderita. Muntah sendiri sebenarnya adalah gejala dari penyakit yang sebenarnya. Muntah dapat disebabkan oleh beberapa hal, yang paling sering adalah adanya infeksi virus atau bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Muntah dapat juga disebabkan oleh adanya gangguan makan seperti anoreksia, vertigo, infeksi pada saluran kencing, migrain, dan lainnya.

3.2         Saran
Sebaiknya ketika pasien muntah tidak langsung meminum obat anti muntah. Penggunaan obat anti muntah merupakan pilihan terakhir dalam upaya penyembuhan, itu pun setelah pasien memeriksakan diri ke dokter agar diketahui jelas penyebab muntahnya (kondisi klinis pasien) sehingga dapat dipilihkan obat yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Neal, M. J. 2006. At a Glance: Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2006. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Yulinah, E. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan. Jakarta

           


Kamis, 08 Januari 2015

Menyelisihi Hawa Nafsu

Ada hal yang begitu menakutkan bagi saya, melebihi sesuatu yg memang nyata tertampak sebagai dosa..
Yaitu pada perkara mubah, yang dilakukan melebihi porsinya..
Yaitu pada perkara subhat, yang terasa nyaman untuk dijadikan kebiasaan..

Salah seorang sahabat pernah berucap, jika kau ragu, maka apa yg menyelisihi hawa nafsu adalah sesuatu yg harus dipilih untuk dijalani..

Namun terkadang, atau bahkan sering kali, pada apa-apa yg menyelisihi hawa nafsu itu, justru terasa lebih nyaman untuk dihindari..

Begitukah?
Yah, begitulah..

Mari, terus berproses, terus berbenah :)

MBI, 2005-2015.