A.
Sejarah
Pembuatan Produk Fermentasi (Wine)
Teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali
dikembangkan oleh orang Mesir pada tahun 2500 sebelum Masehi. Dari mesir
budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah
Laut Hitam sampai ke Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Sejalan
dengan perjalanan Columbus teknologi pengolahan dan budidaya anggur mulai
menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia,
dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan anggur mempunyai beberapa
sebutan, seperti grape di Amerika dan Eropa, putao di China, dan Anggur di
Indonesia.
B.
Fermentasi
Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Gula adalah bahan yang umum dalam proses fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol,
asam
laktat, dan hidrogen.
Ragi
dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol
dalam bir,
anggur dan minuman
beralkohol lainnya. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis
gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa
(C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana
, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan
digunakan pada produksi makanan. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa
yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi
pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt,
dan tahu.
C.
Produk-Produk
Fermentasi
Mikroorganisme
dapat mengubah substrat menjadi produk yang diinginkan dan berperan dalam
proses fermentasi. Sejak dulu orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk
mengolah bahan pangan. Melalui proses fermentasi ini akan dihasilkan berbagai
produk makanan dan minutan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Keju
Mikroorganisme yang
digunakan untuk membuat keju adalah kelompok bakteri asam laktat yang berfungsi
memfermentasi laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Bakteri asam laktat yang
biasa digunakan adalah Lactobacillus
bulgaricus, Lactobacillus lactis, dan
Streptococcus.
2. Yoghurt
Pembuatan
yoghurt diawali dengan pasteurisasi susu, kemudian sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus camemberti. Kedua bakteri
tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang sama, kemudian disimpan pada
suhu 95oC selama 5 jam. Penyimpanan ini menyebabkan terjadinya
aktivitas bakteri sehingga mengakibatkan turunnya pH menjadi 4,0. Kemudian susu
didinginkan dan yoghurt siap untuk dikonsumsi. Apabila diinginkan yoghurt
dengan rasa buah-buahan maka dapat ditambahkan citarasa buah.
3. Roti
Pada
pembuatan roti, mikroorganisme yang digunakan adalah khamir Sacharomyces
cerevisiae. Proses pembuatannya diawali dengan memecah biji-biji sereal
untuk dijadikan tepung terigu. Kemudian terigu ditambah air untuk mengaktifkan
enzim-enzim misalnya amilase. Amilase berperan untuk mengubah tepung menjadi
maltosa, kemudian maltosa dihidrolisis menjadi glukosa oleh enzim maltase.
Glukosa tersebut kemudian dimanfaatkan oleh khamir sebagai substrat
respirasinya sehingga dihasilkan karbondioksida (CO2).
Karbondioksida yang dihasilkan akan membentuk gelembung-gelembung yang
terperangkap pada adonan roti sehingga dengan adanya gelembung ini
mengakibatkan roti mempunyai struktur dan mengembang. Pada saat roti dipanggang
di dalam oven, panas yang dihasilkan akan membunuh khamir dan adonan roti akan
mengembang serta ukurannya menjadi lebih besar. Roti yang dihasilkan akan
berwarna kuning dan lembut.
4. Minuman Berakohol
Anggur
dan Bir
Anggur
dapat dibuat dari buah anggur atau buah lainnya. Apabila dibuat dari buah
anggur maka dapat langsung difermentasi oleh mikroorganisme karena buah anggur
mengandung banyak gula, sedangkan apabila dibuat dari buah lainnya maka sebelum
difermentasi oleh mikroorganisme harus ditambahkan gula terlebih dahulu. Bir
dibuat dari biji-biji sereal seperti gandum. Pembuatannya melibatkan proses
penumbukkan atau penggilingan dan fermentasi yang dibantu oleh khamir.
Wine
Wine
merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur yang
difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur,
menyebabkan buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzim,
ataupun nutrisi lain. Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur
menggunakan khamir dari tipe tertentu. Yeast tersebut akan mengkonsumsi
kandungan gula yang ada pada buah anggur dan mengubahnya menjadi alkohol.
Perbedaan varietas anggur dan strain khamir yang digunakan, tergantung pada tipe
dari wine yang akan diproduksi.
Fermentasi
wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan yang lain yang
diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine. Bahan untuk
proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol
dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju
udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah
diubah menjadi alkohol atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya
fermentasi telah selesai atau dihentikan.
Khamir
yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah Sacharomyces
cerevisiae dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae
varietas ellipsoideus biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur
karena khamir jenis ini mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada
suhu yang agak tinggi yaitu 30o C. Selain itu dapat menghasilkan
alkohol cukup tinggi yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga mampu
memfermentasi beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa. Fermentasi etanol oleh Saccharomyces
cerevisiae dapat dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35 0C,
proses ini dapat berlangsung 35 – 60 jam. Sebelum pengemasan, wine mungkin disimpan di tempat yang
bersuhu dingin antara 5-100
C untuk mengendapkan kotoran.
Red
Wine
Red Wine adalah wine
yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa
jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah
merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir. Pada wine merah yang sudah tua antara 1 sampai 2
tahun disimpan dalam tangki kayu (biasanya kayu oak). Selama ini, reaksi kimia
memberikan kontribusi pada perkembangan rasa antara wine dan ekstrak komponen
dari tangki kayu.
White
Wine
White Wine adalah
wine yang dibuat dari anggur putih (white grape).
Kebanyakan wine putih tidak disimpan
dalam jangka waktu yang lama setelah fermentasi alkohol selesai. Beberapa jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum
wine di Indonesia adalah chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan
chenin blanc.
Sparkling
Wine
Sparkling Wine
adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di dalamnya.
Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne
dari Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat
dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di desa Champagne yang
boleh disebut dan diberi label Champagne.
5. Tempe
Tempe
merupakan produk hasil fermentasi jamur Rhizopus sp. Bahan atau
substratnya adalah kedelai. Tempe adalah makanan asli Indonesia yang sudah
dikenal secara luas oleh penduduk Indonesia terutama penduduk di Pulau Jawa.
Tempe merupakan makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
6. Kopi
Tujuan
fermentasi pada kopi adalah mengubah senyawa-senyawa gula yang berada pada
lapisan antara kulit buah dan kulit biji menjadi alkohol. Salah satu jenis kopi
yang sangat terkenal di dunia saat ini karena menggunakan hewan sebagai
perantara dalam proses fermentasinya adalah Kopi Luwak.
Proses
fermentasi di
dalam perut Musang/ Luwak yang sangat terkenal di seluruh dunia mampu
menciptakan cita rasa eksotik kopi tersebut. Zat fermentasi yang ada di dalam
sistem pencernaan Musang / Luwak sinyalir mampu mengurangi kadar kafein kopi
sehingga dapat menciptakan kenikmatan pada kopi dan aroma kopi yang sangat
harum atau kata lain kopi tersebut menjadi murni.
7. Teh
Teh
adalah minuman
yang mengandung kafein,
sebuah infusi
yang dibuat dengan cara menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh merupakan sumber
alami kafein, teofilin
dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat
atau protein
mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh.
Teh
dikelompokan berdasarkan cara pengolahannya. Daun teh Camellia sinensis
segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses
pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan
basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi
bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan
daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya
penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya
proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh
yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya
proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus
dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang
tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar
matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil.
Teh
hijau merupakan jenis teh yang paling populer di Cina dan Jepang. Juga dianggap
sebagai teh yang paling bermanfaat bagi kesehatan, terutama karena khasiatnya
melawan kanker. Teh ini diperoleh dari pucuk daun teh segar yang mengalami
pemanasan dengan uap air pada suhu tinggi.
Teh oolong merupakan teh tradisional
Cina yang mengalami proses oksidasi sebagian. Proses oksidasi dihentikan di
tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3
hari Karena hanya setengah dioksidasi, bagian tepi daunnya berwarna kemerahan
sedang bagian tengah daunnya tetap hijau. Rasa seduhan teh oolong lebih mirip dengan teh hijau,
namun warna dan aromanya kurang kuat dibandingkan teh hitam.
Teh hitam
atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi
secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Orang Barat menyebutnya sebagai
"teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.
Teh hitam disebut juga sebagai teh merah oleh bangsa Cina, Jepang dan Korea.
Jenis teh ini merupakan teh yang paling populer dan sering dikonsumsi di Asia,
termasuk Indonesia. Teh hitam memiliki aroma kuat dan bisa bertahan lama jika
disimpan dengan baik.
8. Coklat
Fermentasi
biji coklat (kakao) merupakan fermentasi tradisional yang melibatkan
mikroorganisme indigen dan aktivitas enzim endogen. Mikroorganisme yang
berperan dalam fermentasi biji kakao yaitu khamir (yeast) Candida
krusei, bakteri asam cuka, dan bakteri asam laktat. Dengan aktivitas
ketiga jenis mikroorganisme ini menyebabkan adanya perubahan enzimatis selama
fermentasi. Tujuan fermentasi adalah untuk menghilangkan rasa pahit dan
mencegah agar coklat tidak pecah. Fermentasi biji kakao akan menghasilkan prekursor
cita rasa, mencokelat-hitamkan warna biji, mengurangi rasa-rasa pahit, asam,
manis dan aroma bunga, meningkatkan aroma kakao (coklat) dan kacang (nutty),
dan mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak
difermentasi tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut sehingga cita rasa
dan mutu biji sangat rendah.
D.
Pasteurisasi
Proses ini diberi nama atas penemunya Louis
Pasteur seorang ilmuwan Perancis.
Proses pasteurisasi merupakan proses
pemanasan dengan suhu yang relatif cukup rendah (dibawah 1000C)
dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan membunuh mikroba pembusuk.
Pemilihan proses ini didasarkan pada sifat produk yang relatif asam sehingga
mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas. Selain itu, penggunaan panas
yang tidak terlalu tinggi juga dapat mengurangi resiko rusaknya beberapa zat
gizi seperti vitamin C. Proses pasteurisasi sedikit memperpanjang umur simpan
produk pangan dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses pemanasan.
Karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses pasteurisasi, maka
untuk memperpanjang umur simpannya produk yang telah dipasteurisasi biasanya
disimpan di refrigerasi (suhu rendah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar